Jakarta (Kepulauanseribu.net) – Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menawarkan beragam destinasi wisata pantai yang indah. Pantai-pantai ini, dengan pasir putihnya dan laut biru yang menyimpan keanekaragaman biota laut, menjadi destinasi menarik untuk dinikmati bersama keluarga atau kerabat. Destinasi terkenal seperti Pantai Gili Trawangan dan Senggigi di Nusa Tenggara Timur, Pantai Jimbaran dan Kuta di Bali, serta Banda Naira di Maluku, hanya beberapa di antaranya yang terbentang dari timur hingga tengah Indonesia.
Di ujung barat Indonesia, terdapat Pantai Sabang-We di Aceh, Pantai Tikus – Pasir Padi di Bangka Belitung, dan di paling selatan Pulau Sumatera, Pantai Krui di Lampung, serta banyak lagi. Belum lagi destinasi wisata pantai lain di Indonesia yang alamnya menyerupai surga namun belum banyak dikenal, seperti Kepulauan Seribu.
Kepulauan Seribu adalah rangkaian pulau karang yang indah, berjarak sekitar 65,6 kilometer dari utara Teluk Jakarta, Provinsi DKI Jakarta. Kawasan ini secara resmi berada di bawah Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, sejak 3 Juli 2001. Dengan total 110 pulau, kawasan ini memiliki potensi besar dalam keindahan alam dan keanekaragaman kehidupan bawah laut.
Namun, keberadaan pulau-pulau ini belum sepenuhnya terjamah. Hanya beberapa yang telah menjadi destinasi utama di Kepulauan Seribu, seperti Pulau Tidung, Pulau Pari, Pulau Ayer, Pulau Lancang, Pulau Putri, Pulau Harapan, Pulau Macan, dan Pulau Pramuka.
Meskipun belum sepopuler Pantai Gili atau Pantai Kuta, sebagian besar wisatawan yang mengunjungi Kepulauan Seribu merasa bahwa tempat ini adalah destinasi kepulauan yang selalu istimewa. Ismayanti (35), seorang wisatawan domestik dari Kota Medan, Sumatera Utara, menggambarkan pengalamannya saat berkunjung ke sana.
Pada Minggu sore (1/10), Ismayanti baru saja kembali ke Dermaga 16 Marina Ancol setelah menghabiskan seminggu di Pulau Macan. Di pulau yang terletak di ujung utara Kepulauan Seribu itu, ia dan rekannya menikmati riuh gemuruh angin dan kicauan merdu burung camar yang memecah keheningan selama liburan mereka.
Kondisi asri di Kepulauan Seribu, menurut Ismayanti, sama indahnya dengan kunjungannya ke Pulau Tidung dan Pulau Pramuka pada awal tahun 2018. “Selain keindahannya, saya suka Kepulauan Seribu karena suasana yang private, tenang, dan damai,” ujar Ismayanti, ketika ditemui saat menunggu jemputan taksi di Dermaga 16 Marina Ancol.
Untuk menuju Kepulauan Seribu, para wisatawan biasanya menggunakan kapal cepat atau kapal motor dari Pelabuhan Muara Angke atau Dermaga 16 Marina Ancol, Jakarta Utara. Harga tiket penyeberangan bervariasi, mulai dari Rp130 ribu hingga Rp230 ribu per penyeberangan, dengan waktu tempuh sekitar 45 menit hingga 1,5 jam.
Tiket kapal menuju Pulau Harapan dan Pulau Macan memiliki harga yang lebih tinggi, dengan tarif Rp460 ribu untuk perjalanan pulang-pergi dari Dermaga Marina Ancol.
Di Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Macan, terdapat berbagai pilihan tempat menginap. Ismayanti dan teman-temannya, yang berprofesi sebagai konsultan hukum, memilih untuk menyewa sebuah resort daripada vila. Resort ini disewa dengan harga Rp700 ribu per malam, termasuk sarapan, makan malam, dan akses internet untuk tetap terhubung dengan dunia luar. Dengan fasilitas yang disediakan, harga tersebut terbilang terjangkau, ditambah pengalaman yang didapat selama liburan.
Wisatawan dapat menikmati berbagai aktivitas seperti snorkeling, memancing, berkeliling pulau, menikmati pemandangan laut yang berwarna biru muda hingga hijau tosca. Selain itu, mereka juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan pelestarian lingkungan, seperti merawat terumbu karang dan pemeliharaan tanaman mangrove bersama warga lokal dan wisatawan asing.
Kepulauan Seribu adalah pilihan yang cocok bagi mereka yang ingin menikmati keindahan alam dengan suasana asri dan tenang, dengan harga yang terjangkau. Namun, Ismayanti menekankan pentingnya perlindungan diri dengan krim tabir surya saat berlibur di Kepulauan Seribu, untuk menghindari iritasi kulit akibat paparan sinar matahari yang terik. Pengalaman mereka menjadi pelajaran berharga, setelah kulit mereka yang tadinya putih berubah menjadi merah kecoklatan, bahkan terkelupas di beberapa bagian, karena terpapar sinar matahari tanpa perlindungan yang cukup.
Prospek wisata
Menjaga keindahan alam dan keberlangsungan ekosistem di Kepulauan Seribu merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, menyampaikan bahwa Kepulauan Seribu dipersiapkan sebagai model destinasi pariwisata berbasis kepulauan di Indonesia, dengan penerapan konsep wisata berkelanjutan.
Konsep wisata berkelanjutan ini bertujuan untuk menciptakan dampak jangka panjang yang tidak hanya mempertahankan keberlangsungan lingkungan, tetapi juga memelihara aspek sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat saat ini dan masa depan.
DKI Jakarta mengambil beberapa langkah strategis untuk mewujudkan visi pariwisata berkelanjutan, termasuk pengembangan ekowisata, perbaikan sarana dan prasarana di destinasi wisata unggulan, penyediaan transportasi terintegrasi, serta pengembangan hilirisasi produk olahan dari sumber daya alam lokal.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, Andhika Permata, menyatakan bahwa kegiatan ekowisata ini memungkinkan pengunjung untuk berpartisipasi dalam pelestarian alam, khususnya ekosistem laut. Aktivitas yang bisa dilakukan termasuk restocking ikan, penanaman bakau, transplantasi karang, serta pelepasan tukik.
Tersedia pula wisata minat khusus seperti melihat budidaya ikan badut dan rumput laut, serta pemanfaatannya. Wisatawan akan diajak belajar langsung dari kelompok masyarakat yang telah dibina dan diawasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kelautan, Perikanan, dan Ketahanan Pangan.
Implementasi wisata berkelanjutan ini juga berdampak positif terhadap pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di masyarakat pesisir, dengan mendorong pelestarian lingkungan alam seperti pantai, terumbu karang, hutan mangrove, dan ekosistem lainnya. Ini penting mengingat sebagian besar UMKM pesisir bergantung pada sumber daya alam sekitar untuk keberlangsungan usaha mereka. Kerusakan sumber daya alam dapat mengancam sumber pendapatan para pelaku UMKM tersebut.
Misalnya, terumbu karang yang terjaga memungkinkan keberlangsungan hidup ikan yang menjadi bahan utama makanan ringan lokal. Demikian pula dengan tanaman yang getahnya digunakan sebagai bahan dasar pewarna kriya batik Gambo Seribu.
Dengan upaya-upaya yang telah dilakukan, diharapkan Kepulauan Seribu dapat berkembang menjadi destinasi wisata yang lebih menarik dan nyaman bagi para wisatawan.
Berdasarkan data dari Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kepulauan Seribu, pendapatan dari retribusi wisata di Pulau Seribu dari Januari hingga Agustus 2023 mencapai Rp11,7 miliar, meningkat 15 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2022.
Peningkatan pendapatan ini dipicu oleh bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Seribu. Tarif retribusi wisata Pulau Seribu ditetapkan sebesar Rp15 ribu per orang untuk wisatawan domestik dan Rp25 ribu per orang untuk wisatawan asing.
Pulau Tidung, Pulau Pari, dan Pulau Macan merupakan tiga pulau utama yang menyumbang pendapatan retribusi wisata terbesar di Kepulauan Seribu. Ketiga pulau ini menjadi destinasi yang populer dan sering dikunjungi oleh wisatawan.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan pendapatan retribusi wisata Pulau Seribu mencapai Rp20 miliar pada tahun 2023. Dengan berbagai usaha yang telah dijalankan, harapannya target tersebut dapat tercapai.
Pendapatan dari retribusi wisata ini digunakan untuk pembiayaan berbagai kegiatan, termasuk peningkatan sarana dan prasarana wisata, pengembangan destinasi, promosi pariwisata, serta peningkatan keamanan dan kenyamanan bagi para wisatawan.
Namun, yang terpenting dari semua usaha ini adalah komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Melalui upaya-upaya tersebut, diharapkan semua makhluk yang hidup di Kepulauan Seribu mendapat manfaat. Pesan yang disampaikan adalah: jika kita menjaga alam, maka alam akan menjaga kita.